Enam Bulan Bersama Server FreeBSD

· ~al1r4d · ⮕FreeBSD ·

Table of Contents

Kali ini bukan tentang tutorial, melainkan menceritakan pengalaman menggunakan FreeBSD sebagai server selama enam bulan.

Pada awal tahun, saya bosan dengan Linux dan ingin mencoba hal-hal baru. Ingatan OpenBSD dan FreeBSD muncul kembali dan tertarik untuk menseriuskan. Saya lebih akrab dengan OpenBSD karena pernah dikasih akses server yang menggunakan itu. Namun, pada akhirnya, saya memilih FreeBSD karena masalah performa dan ketersediaannya pada penyedia server di Indonesia.

Mengapa FreeBSD?

Saya masih ingat ketika awal-awal membaca unix stuff dan menyebut “FreeBSD lebih dekat pada UNIX daripada Linux”. Dalam hati saya bertanya: apa itu FreeBSD?

FreeBSD adalah misteri. Penggunanya jarang muncul di permukaan sehingga meninggalkan banyak pertanyaan mengenainya, terutama di Indonesia. Scene FreeBSD tidaklah banyak di Indonesia. Anda lebih mudah menemukan pengguna Linux daripada FreeBSD, apalagi OpenBSD. Mereka yang menggunakan FreeBSD rata-rata umur 40 tahun ke atas. Saya tidak pernah menemukan pengguna FreeBSD dalam usia muda (<=30 tahun).

Netflix menggunakan FreeBSD untuk beberapa aspek infrastruktur mereka. Stabilitas dan performa yang optimal untuk tugas-tugas seperti streaming video dapat dilaksanakan dengan baik oleh setan merah.

Selain itu, PlayStation 4 ditenagai oleh Orbis OS yang berbasis FreeBSD. Saya kaget ketika mengetahui ini dan bertanya: “mengapa bukan linux?”

Cerita-cerita di atas memantapkan saya memilih FreeBSD. Masih kurang lengkap memang, tapi setidaknya bisa memberi gambaran.

Enam Bulan FreeBSD

Saya melakukan banyak hal bersama FreeBSD: email server, xmpp, dns server, dan host many blogs. Kurang lebih layaknya selfhost mania di luar sana. Ingin sekali melakukan hal yang lebih besar. Hanya saja, masih ada batu sandungan yang besar yang baru bisa dihilangkan beberapa tahun lagi.

Menggunakan FreeBSD sebagai pengguna Linux membuat kamu menyesuaikan apabila dibandingkan dengan OpenBSD. Hal paling terlihat adalah struktur folder berbeda–/usr/local/etc/–untuk pemisahan instalasi lokal dan sistem dasar.

Dalam stabilitas dan penggunaan sumber daya, pengalamannya mirip dengan Debian Stable. Saya tidak pernah merasakan bug atau glitch di sana. Semuanya hanya klak klik dan selesai tanpa harus ketakutan jalan atau tidaknya. Aktivitas relatif ringan karena bawaan FreeBSD tidak sebanyak di Linux.

Standarisasi aplikasi lebih baik di sini. Misalnya Firewall. Jika Linux memiliki banyak opsi dan terkadang membingungkan, maka FreeBSD cukup satu: PF, firewall kebanggan pengguna BSD dengan kemudahan yang diberikan.

Sejauh ini, saya bahagia menggunakan FreeBSD pada server.

Pertanyaan atau komentar? Email kami.